Kamis, 18 Maret 2021

Jurnal Lingkungan: Peran Pemuda dalam Merawat Kearifan Lokal Punden

  

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Budaya yang ada sekarang merupakan warisan dari nenek moyang sejak mereka menganut kepercayaan animisme, dinamisme, maupun kepercayaan yang lainnya. Generasi muda merupakan generasi penerus kehidupan di masa depan sehingga merekalah yang harus melestarikan budaya yang ada. Terdapat beberapa macam budaya, salah satunya yaitu menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Budaya melestarian lingkungan secara bijaksana biasa disebut dengan kearifan lokal. Beberapa desa di Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen memiliki kearifan lokal yang berupa punden. Budaya menjaga keberadaan punden kenyataannya sejalan dengan salah satu dari 17 tujuan Sustainable Development Goals atau SDGs yaitu menjaga ekosistem darat.

Sambungmacan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah yang memiliki banyak kearifan lokal. Suhartini (2009) menyampaikan bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan kebudayaan yang dimiliki kelompok masyarakat tertentu mencakup model-model pengelolaan sumber daya alam secara lestari termasuk bagaimana menjaga hubungan dengan alam melalui pemanfaatan yang bijaksana dan bertanggung jawab (Kristiyanto, 2017: 161). Salah satu kearifan lokal yang berkembang di Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen yaitu mengenal adanya punden. Punden dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat desa dan merupakan tempat yang di keramatkan. Beberapa dukuh dan desa di Kecamatan Sambungmacan memiliki suatu punden. Sesuai dengan kenyataan di lapangan, tidak semua punden terdapat makam leluhurnya melainkan ada yang hanya berupa pohon saja. Contoh pertama di Dukuh Gringging, Sambungmacan, Sragen memiliki punden berupa pohon preh yang cukup besar dan letaknya sedikit tersembunyi di belakang rumah warga. Contoh berikunya yaitu di Dukuh Dayu Lor,


 

Banyurip, Sambungmacan, Sragen juga memiliki punden berupa suatu pohon yang dikelilingi struktur berupa pondasi, namun letaknya mudah dijangkau yakni ditepi jalan. Contoh lainnya yaitu di Dukuh Dayu Kidul, Banyurip, Sambungmacan, Sragen juga memiliki punden berupa pohon beringin yang terletak di pertigaan jalan. Kemudian, contoh yang keempat di Dukuh Barang, Banaran, Sambungmacan, Sragen memiliki punden yang terdapat makam leluhurnya dan disekelilingnya terdapat pohon kepoh, pohon ingas, pohon elo, dan pohon serut. Selain keempat contoh tersebut juga masih banyak contoh punden yang lainnya. Kemudian salah satu kegunaan punden bagi masyarakat sekitar yaitu digunakan untuk lokasi upacara sedekah bumi. Afifah (2015: 8) menyampaikan bahwa upacara sedekah bumi merupakan adat atau tradisi dalam masyarakat sebagai ungkapan terimakasih kepada-Nya yang telah memberikan isi alam ini untuk kelangsungan hidup umat manusia di bumi.

Sustainable Development Goals atau SDGs (tujuan pembangunan berkelanjutan) merupakan seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa tanpa terkecuali (Hoelman dkk, 2016: 9). SDGs berisi 17 tujuan, melalui 17 tujuan itu demi kemaslahatan manusia di planet bumi semua negara bersama-sama melakukan pembangunan berkelanjutan. SDGs ini sebagai pengganti dan lanjutan dari tujuan pembangunan millennium (MDGs). Dari 17 tujuan SDGs salah satunya yaitu menjaga ekosistem darat. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, ekosistem diartikan sebagai tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling memengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup (Ramlawati, 2017: 5). Dengan kata lain tujuan pembangunan berkelanjutan yang tercantum dalam SDGs ini salah satunya yaitu menjaga keseimbangan alam di daratan, termasuk menjaga kehidupan hewan dan tumbuhan yang ada sehingga diharapkan keberadaannya akan tetap ada sampai di masa yang akan datang.

Melestarikan keberadaan punden kenyataanya berkorelasi positif dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh PBB dan negara-negara di dunia.


 

Selain dari sudut pandang kepercayaan masyarakat yang menganggap punden merupakan tempat sakral, jika dilihat dari sudut pandang ilmu pengetahuan punden juga memiliki manfaat dalam menjaga keseimbangan ekosistem di daratan. Keseimbangan ekosistem akan terjadi bila komponen-komponen yang ada dalam jumlah yang seimbang. Komponen-komponen dalam ekosistem terdiri dari empat macam : (1) Komponen abiotik, yang berfungsi untuk mendukung kehidupan komponen produsen dan konsumen; (2) Komponen produsen, yang berupa tumbuhan, pepohonan, dan sejenisnya; (3) Komponen konsumen, yang berupa hewan dan manusia; (4) Komponen dekomposer atau pengurai, komponen dekomposer ini yang akan meguraikan komponen lainnya ketika sudah mati. Berikutnya penekanan pada komponen kedua yaitu produsen. Produsen bisa berupa tumbuh-tumbuhan, pepohonan, dan sejenisnya. Maka dengan demikian punden yang biasanya berupa pohon dapat berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem darat karena pohon menjadi salah satu komponen yang harus ada agar ekosistem di darat dapat seimbang. Selain itu, pohon juga memiliki manfaat lain. Untuk yang pertama yaitu pohon bisa berperan dalam membersihkan udara sekitar melalui proses fotosintesis yang menyerap gas karbondioksida dan digantikan dengan gas oksigen. Selain pembersih udara pohon juga bisa menjaga kelembapan udara, menjaga suhu udara, dan bisa mengurangi penguapan airtanah. Manfaat selanjutnya yaitu akar pohon dapat memperkuat struktur tanah yang ada sehingga dapat mengurangi peluang terjadinya tanah longsor. Manfaat berikutnya yakni pohon bisa berperan dalam menyimpan dan mengatur beredarnya airtanah. Manfaat lainnya yaitu pohon bisa digunakan oleh burung, tupai, dan hewan lainnya untuk tempat tinggal. Selain yang disebutkan di atas masih banyak manfaat lain dari keberadaan punden yang berupa pepohonan tersebut.

Kearifan lokal yang berupa tetap mempertahankan punden merupakan suatu kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Generasi muda merupakan generasi penerus yang akan melestarikan budaya tersebut sehingga kesadaran pemuda dalam menjaga dan merawat punden harus ditingkatkan. Peningkatan kesadaran para generasi muda dapat dilakukan melalui berbagai upaya baik internal maupun upaya eksternal.


 

Misalnya untuk upaya internal atau dari diri pemuda pribadi yaitu setiap generasi muda harus memahami tentang lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem. Pemahaman tersebut dapat didapatkan melalui membaca berita, artikel, jurnal dan lain-lain, hal itu tidaklah sulit dilaksanakan karena dengan kemajuan teknologi saat ini yang berupa smartphone dan internet maka semua informasi dapat dengan mudah diakses. Upaya internal yang kedua yaitu para pemuda harus menyadari betapa kayanya budaya dan kearifan lokal yang ada di Indonesia, dan budaya itu akan tetap ada jika para pemuda bersedia dan siap untuk melestarikannya. Apabila pemuda memiliki kesadaran untuk menjaga ekosistem darat melalui kegiatan yang sudah menjadi kearifan lokal, maka keberadaan kearifan lokal dan keseimbangan ekosistem darat akan bisa berjalan bersamaan dengan baik. Berikutnya upaya eksternal untuk meningkatkan kesadaran pemuda tentang pentingnya menjaga punden dan keseimbangan ekosistem darat dapat dilakukan oleh orangtua, masyarakat dan guru. Bentuk peran dari orangtua dan masyarakat sekitar bisa berupa memberikan pemahaman dan contoh perilaku menjaga punden sehingga diharapkan akan lebih mudah timbul kesadaran dari diri pemuda untuk melestarikan keberadaan punden tersebut. Berikutnya keseimbangan ekosistem darat beserta manfaat dan cara menjaganya bisa disampaikan oleh guru di sekolah sehingga siswa diharapkan dapat memahami hal tersebut dengan baik dan bisa diterapkan di lingkungan tempatnya tinggal.

Kesadaran dari generasi penerus merupakan syarat utama untuk meningkatkan peran para pemudanya dalam menjaga kelestarian punden. Peran pemuda dalam menjaga ekosistem darat melalui pemanfaatan punden bisa dengan berbagai cara. Contohnya yaitu dengan cara merawat pohon yang ada di punden tersebut, seperti menyiram, memberi pupuk, dan juga menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya. Peran lain para pemuda yaitu bisa melalui organisasi karangtaruna di desanya, seperti melaksanakan acara bersih punden bersama pemuda desa pada saat-saat tertentu. Berikutnya para pemuda bisa melakukan kegiatan gotong-royong untuk menjaga keberadaan punden dengan memberi pondasi di sekeliling pohon bilamana morfologi tanahnya disekitar pohon tidak datar dan cenderung miring, supaya mengurangi peluang terjadinya tanah longsor karena bila tanahnya longsor juga bisa membuat pohonnya ikut tumbang.

Menjaga keberadaan tempat yang dianggap sakral di masyarakat bukan berarti perbuatan itu merupakan hal yang salah, selagi para pemuda dan masyarakat sekitar yang telah beragama, tidak menyembah atau menuhankan pohon-pohon tersebut. Menjaga dan melestarikan keberadaan punden merupakan suatu kearifan lokal dan bisa dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem darat. Menjaga keberlangsungan ekosistem di daratan merupakan salah satu tujuan dari 17 tujuan Sustainable Development Goals atau SDGs. Maka para pemuda bisa memanfaatkan kearifan lokal yang berupa punden untuk menjaga keseimbangan ekosistem di darat dalam rangka mewujudkan masa depan bumi yang tetap lestari.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

----------. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Offline. Diakses 9 Agustus 2019.

Afifah, Emmi Nur . 2015 . Korelasi Konsep Syukur Dalam Budaya Jawa Dan Ajaran Islam (Studi Kasus Sedekah Bumi di Desa Tegalharjo Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati) . Skripsi . Semarang : UIN Walisongo.

Hoelman, Mickael B, dkk. 2016. Sustainable Development Goals-SDGs Panduan Untuk Pemerintah Daerah (Kota dan Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah . Jakarta : INFID.

Kristiyanto, Eko Noer. 2017. Kedudukan Kearifan Lokal Dan Peranan Masyarakat Dalam Penataan Ruang Di Daerah. Jurnal Rechtsvinding vol.6 no.2 hlm 159 – 177 .

Ramlawati, dkk . 2017. Ekologi. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

 

LAMPIRAN




Gambar 1 : Punden di Dukuh Gringging, Sambungmacan, Sragen




Gambar 2 : Punden di Dukuh Dayu Lor, Banyurip, Sambungmacan, Sragen

Gambar 3 : Punden di Dukuh Dayu Kidul, Banyurip, Sambungmacan, Sragen




Gambar 4 : Punden di Dukuh Barang, Banaran, Sambungmacan, Sragen

 

Peserta Lomba Essay Imahagi 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar